DUTA BESAR INDONESIA
DUTA BESAR

Muhammad Lutfi
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh
Duta Besar Muhammad Lutfi dikenal memiliki harapan yang tinggi dan impian yang besar untuk Indonesia. Dia adalah seorang pengusaha otodidak, dikenal karena kepribadian yang kuat dan ketekunan, diantara rekan-rekan dan para pesaingnya.
Pada tahun 2008, Muhammad Lutfi diakui sebagai seorang pemimpin muda yang berpengaruh oleh the World Economic Forum’s Young Global Leaders. Dia mempelopori langkah menjamurnya pengusaha muda yang menjadi pejabat publik di Indonesia.
Lahir di Jakarta – Indonesia pada tahun 1969, Muhammad Lutfi menjadi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia pada tahun 2005 dan dia menjadi orang termuda yang pernah menjabat posisi tersebut. Di bawah kepemimpinannya, kinerja BKPM telah berhasil dan membantu Indonesia untuk masuk dalam 25 Daftar Teratas Tempat Tujuan Investasi, versi ATKearney di edisi nomor 21, sebuah re-entry setelah beberapa tahun berada di luar daftar menyusul krisis keuangan Asia yang terjadi pada tahun 1998. Selain itu, Indonesia juga diakui oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) sebagai salah satu negara berkembang dengan kinerja terbaik, bersama Brasil, Rusia, Cina, India, dan Afrika Selatan. Muhammad Lutfi juga berhasil meningkatkan peran BKPM sebagai salah satu lembaga yang berpengaruh dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Selama masa jabatannya sebagai Ketua BKPM, Muhammad Lutfi dikenal oleh komunitas investasi sebagai “Mr. Fix It from Red Tape to Red Carpet”, slogan tersebut telah dikenal dan diterima dengan baik sebagai perjalanan transformasi BKPM. Secara radikal, BKPM yang semula dilambangkan dengan birokrasi yang dingin/tidak ramah, diubah menjadi outlet pelayanan public. Payung kebijakannya tentang “Investasi untuk Pengembangan” merupakan suatu angin segar bagi investor dan investee, yang juga menggarisbawahi perlakuan yang sama terhadap investor asing dan lokal dengan terus melakukan promosi yang mempunyai dampak cukup besar. Investasi langsung pihak asing yang berkualitas tsb diukur terhadap inovasi, penciptaan lapangan kerja, perlindungan lingkungan, dan pengurangan kemiskinan.
Sebelum melayani negara, Muhammad Lutfi adalah Presiden Direktur dan CEO Mahaka Group, sebuah perusahaan nasional terkemuka yang berspesialisasi di bidang media cetak, penyiaran dan multimedia, yang mana dia dirikan bersama-sama dengan Erick Tohir, Wishnu Wardhana, dan Harry Zulnardy. Pada usia 29 tahun, dia menjadi Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia untuk Jakarta Yang Lebih Baik (HIPMI JAYA) pada periode 1998 – 2001 dan kemudian menjadi Ketua Nasional HIPMI pada periode 2001-2004.
Pada bulan Agustus 2010, Muhammad Lutfi ditunjuk oleh Presiden Republik Indonesia sebagai Duta Besar untuk Jepang, dan dia merupakan orang termuda yang pernah bertugas di kedutaan terbesar Indonesia, dan juga sebagai salah satu duta termuda yang mewakili Indonesia secara internasional.
Putra pertama dari Firdaus Wadjdi dan Suhartini ini, menikah dengan Bianca Adinegoro dan memiliki satu putri, Nandadevi. Muhammad Lutfi mengenyam pendidikan di Purdue University, Indiana – Amerika Serikat. Dia menyukai golf, basket, berenang dan membaca.
Pada tahun 2008, Muhammad Lutfi diakui sebagai seorang pemimpin muda yang berpengaruh oleh the World Economic Forum’s Young Global Leaders. Dia mempelopori langkah menjamurnya pengusaha muda yang menjadi pejabat publik di Indonesia.
Lahir di Jakarta – Indonesia pada tahun 1969, Muhammad Lutfi menjadi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia pada tahun 2005 dan dia menjadi orang termuda yang pernah menjabat posisi tersebut. Di bawah kepemimpinannya, kinerja BKPM telah berhasil dan membantu Indonesia untuk masuk dalam 25 Daftar Teratas Tempat Tujuan Investasi, versi ATKearney di edisi nomor 21, sebuah re-entry setelah beberapa tahun berada di luar daftar menyusul krisis keuangan Asia yang terjadi pada tahun 1998. Selain itu, Indonesia juga diakui oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) sebagai salah satu negara berkembang dengan kinerja terbaik, bersama Brasil, Rusia, Cina, India, dan Afrika Selatan. Muhammad Lutfi juga berhasil meningkatkan peran BKPM sebagai salah satu lembaga yang berpengaruh dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Selama masa jabatannya sebagai Ketua BKPM, Muhammad Lutfi dikenal oleh komunitas investasi sebagai “Mr. Fix It from Red Tape to Red Carpet”, slogan tersebut telah dikenal dan diterima dengan baik sebagai perjalanan transformasi BKPM. Secara radikal, BKPM yang semula dilambangkan dengan birokrasi yang dingin/tidak ramah, diubah menjadi outlet pelayanan public. Payung kebijakannya tentang “Investasi untuk Pengembangan” merupakan suatu angin segar bagi investor dan investee, yang juga menggarisbawahi perlakuan yang sama terhadap investor asing dan lokal dengan terus melakukan promosi yang mempunyai dampak cukup besar. Investasi langsung pihak asing yang berkualitas tsb diukur terhadap inovasi, penciptaan lapangan kerja, perlindungan lingkungan, dan pengurangan kemiskinan.
Sebelum melayani negara, Muhammad Lutfi adalah Presiden Direktur dan CEO Mahaka Group, sebuah perusahaan nasional terkemuka yang berspesialisasi di bidang media cetak, penyiaran dan multimedia, yang mana dia dirikan bersama-sama dengan Erick Tohir, Wishnu Wardhana, dan Harry Zulnardy. Pada usia 29 tahun, dia menjadi Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia untuk Jakarta Yang Lebih Baik (HIPMI JAYA) pada periode 1998 – 2001 dan kemudian menjadi Ketua Nasional HIPMI pada periode 2001-2004.
Pada bulan Agustus 2010, Muhammad Lutfi ditunjuk oleh Presiden Republik Indonesia sebagai Duta Besar untuk Jepang, dan dia merupakan orang termuda yang pernah bertugas di kedutaan terbesar Indonesia, dan juga sebagai salah satu duta termuda yang mewakili Indonesia secara internasional.
Putra pertama dari Firdaus Wadjdi dan Suhartini ini, menikah dengan Bianca Adinegoro dan memiliki satu putri, Nandadevi. Muhammad Lutfi mengenyam pendidikan di Purdue University, Indiana – Amerika Serikat. Dia menyukai golf, basket, berenang dan membaca.
0 komentar:
Posting Komentar